Langit dan Bumi
Ternyata Langit dan Bumi itu makhluk
hidup. Demikianlah judul tulisan ini akhirnya saya buat. Berulang-ulang kali
saya membaca apa yang saya tulis ini. Saya termangu-mangu dan berkali-kali
menarik nafas dalam. Karena memang demikianlah kenyataannya. Langit, bumi,
gunung, batu, air dan benda-benda disekitar kita yang dianggap benda mati ternyata
juga hidup. Hidup dalam skala mereka. Yang lebih penting lagi mereka juga punya
kesadaran. Kesadaran tauhid, mengesakan Allah SWT. Kesimpulan ini membuat kita
harus mendefinisikan kembali apa artinya makhluk hidup itu. Saya teringat akan
pelajaran biologi ketika masih sekolah dulu. Yang disebut makhluk hidup adalah
apa bila ia butuh makan, minum, cahaya, bergerak, peka terhadap rangsangan
serta berkembang biak. Ini adalah sudut pandang biologi. Dari sudut pandang
psikologi sudah barang tentu dimasukkan bahwa makhluk hidup itu punya kemauan, kesadaran, emosi, akal dan jiwa. Dikembalikan pada agama yang namanya
makhluk hidup adalah semua yang bernyawa atau memiliki ruh…..
Jagad raya ini sudah tercipta lebih
kurang 13,7 milyar tahun yang lalu. Sedangkan umat manusia baru ada sekitar 200
ribu tahun yang lalu. Antara umur jagad raya dan umur manusia terpaut beda
waktu yang sangat jauh sekali. Sebelum manusia pertama muncul di muka bumi,
permukaan planet ini hanya dihuni oleh binatang buas, hewan purbakala dan
tumbuhan-tumbuhan, dimana sebagian dari tulang-belulangnya kalau beruntung kita
akan menemukannya. Inilah sisa-sisa fosil hewan purba yang berusaha di pahami
oleh ahli arkelologi.
Disepanjang hidupnya manusia berusaha
memahami tempat dimana ia berada. Manusia berusaha memahami bagaimana mekanisme
proses penciptaan alam semesta ini. Dari mana ia berasal dan bagaimana akhir
hidupnya. Hasil pengamatan Edwin Huble pada tahun 1929 mengungkapkan bahwa
pergerakan galaksi saat ini menunjukkan bahwa mereka saling menjauh satu sama
lain. Hal ini diamati dari pergeseran cahaya yang menunjukkan pergeseran merah.
Ini mengingatkan pada efek Doppler. Kalau kita mendengar derum suara mobil
tambah lama bertambah lemah, itu berarti mobilnya atau kita sebagai pendengar
bertambah jauh. Kalau derum suara mobil terdengar makin lama makin keras, itu
berarti mobil atau kita bertambah dekat.
Kalau galaksi saling menjauh satu
sama lain, berarti dahulunya mereka tentu lebih berdekatan. Lebih dulu lagi
tentu lebih dekat. Kenyataan alam semesta ini mengembang (expanding) merupakan temuan terbesar di awal abad 20. Albert
Einstein yang semula berpendapat alam semesta ini statis menambahkan konstanta
kosmologi (Kapital Lambda) pada persamaan relativitas umumnya. Di kemudian hari
ia mengatakan konstanta kosmologi itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya.
Kenyataan alam semesta ini mengembang
sejalan dengan bocoran informasi dalam Al Quran, surat Al Anbiya 30:
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?
Al Quran surat Adz Dzariyat 47:
47. Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya
Kami benar-benar meluaskannya.
Al Haj 47
47. Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah
sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut
perhitunganmu.
As Sajadah 5:
5. Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya
adalah seribu tahun menurut perhitunganmu[1190]
Kalau diputar balik film kejadian alam semesta ini maka akan terlihat bahwa penciptaan alam semesta ini adalah
peristiwa kuantum. Artinya jagad raya berawal dari satu titik bervolume nol,
atau berjari-jari nol alias diciptakan dari tidak ada menjadi ada. Pada titik
nol itu materi energi, ruang dan waktu dimampatkan pada satu titik. Oleh karena
itu kerapatan materi dan radiasi, temperatur dan gravitasi menjadi tidak
terhingga. Titik ini disebut oleh para ilmuwan sebagai singularitas. Pada
kondisi ini persamaan relativitas umum Einstein buyar. Makanya, persamaan ini tidak
dapat menjelaskan asal-usul penciptaan alam semesta. Ia hanya dapat menjelaskan
kejadian setelah big bang. Oleh karena itu, relativitas umum harus digabungkan
dengan mekanika kuantum menjadi satu teori yang disebut gravitasi kuantum. Para
ahli fisika di seluruh dunia bertungkus lumus mewujudkan teori gravitasi kuantum
ini.
Stephen Hawking menjelaskan dalam bukunya A Brief History of Time seperti berikut.
Teori relativitas umum Einstein, memprediksi bahwasanya ruang-waktu berawal
dari singularitas big-bang dan akan
berakhir kelak menjadi singularitas big-crunch
(seluruh alam semesta menciut), atau singularitas lubang hitam (daerah lokal,
bintang mengkerut). Semua benda yang jatuh ke dalam lubang hitam akan hancur
pada singularitas, hanya efek gravitasi massanya saja tertinggal di luar.
Sebaliknya,
jika efek kuantum dimasukan ke dalam perhitungan, akan terlihat bahwa massa
atau energi materi akhirnya kembali ke alam semesta diam, dan lubang hitam,
bersama dengan singularitas di dalamnya, akan menguap dan akhirnya lenyap.
Bisakah mekanika kuantum memiliki efek dramatis yang sama pada singularitas big
bang dan big crunch? Apa sebenarnya yang terjadi pada tahap awal atau tahap
akhir alam semesta, saat medan gravitasi begitu kuat sehingga efek kuantum
tidak bisa diabaikan? Apakah alam semesta memiliki permulaan atau akhir? Dan
jika memang demikian, seperti apa bentuknya?
Untuk menjelaskan bagaimana mekanika kuantum
mempengaruhi asal mula dan nasib alam semesta, pertama sekali perlu dipahami
sejarah alam semesta yang disebut “model big bang panas”. Pada model ini alam semesta akan mengembang. Dengan demikian setiap materi atau radiasi di dalamnya tambah lama akan bertambah dingin. Jika alam semesta membesar dua kali
lipat, temperaturnya turun menjadi setengahnya. Karena temperatur adalah ukuran
energi-atau kecepatan partikel, maka pendinginan alam semesta akan berpengaruh
terhadap materi di dalamnya. Pada suhu sangat tinggi, partikel bergerak begitu
cepat sehingga ia melepaskan diri dari gaya tarik satu sama lain karena gaya
nuklir atau electromagnet. Tetapi setelah dingin partikel-partikel itu akan saling
tarik menarik satu sama lain dan akhirnya menggumpal. Selanjutnya, partikel
yang berada di alam semesta akan tergantung pada suhu. Pada suhu tinggi,
partikel itu punya energi begitu besar sehingga pada setiap tumbukan akan
terbentuk pasangan partikel/antipartikel berbeda-walaupun sebagian partikel ini
akan saling memusnahkan saat bertumbukan dengan antipartikel. Produksi terbentuk
lebih cepat dari annihilasi (pemusnahan).
Namun, pada suhu rendah jika tumbukan partikel berenergi rendah, pasangan
partikel/antipartikel yang terbentuk kurang cepat-sehingga annihilasi lebih
cepat dari pada produksi.
Pada saat big bang alam semesta berukuran nol, karena
itu suhunya panas tak terhingga. Tetapi setelah alam semesta mengembang, suhu
radiasi turun. Satu detik setelah big bang, suhu turun sekitar sepuluh milyar
derajat. Kira-kira seribu kali temperatur pusat matahari, suhu setinggi ini
dapat dicapai pada ledakan Bom Hidrogen. Pada saat ini alam semesta terutama
sekali berisi foton, elektron dan neutrino (partikel sangat ringan yang hanya
dipengaruhi oleh gaya nuklir lemah dan gravitasi) dan anti partikelnya, bersama
dengan beberapa proton dan neutron. Alam semesta terus mengembang sehingga
temperaturnya turun, karenanya kecepatan pembentukan pasangan
elektron/anti elektron pada tumbukan akan turun di bawah kecepatan dimana mereka
akan musnah oleh proses annihilasi. Jadi lebih banyak elektron dan anti elektron
saling memusnahkan satu sama lain menghasilkan lebih banyak foton, hanya
meninggalkan beberapa elektron. Akan tetapi neutrino dan anti neutrino, tidak
saling melenyapkan satu sama lain, karena partikel ini berinteraksi dengan diri
mereka sendiri dan dengan partikel lain dengan cara sangat lemah. Jadi mereka masih
ada sampai hari ini. Jika kita bisa mengamatinya, ini merupakan uji coba yang
baik tentang gambaran alam semesta paling awal yang sangat panas. Sayangnya
energi rata-rata mereka saat ini terlalu lemah bagi kita untuk diamati secara
langsung. Walaupun begitu, jika neutrino bukannya tidak bermassa, tetapi punya massa walaupun sedikit saja, seperti diusulkan oleh beberapa percobaan
baru-baru ini, kita mungkin mampu mendeteksinya secara tidak langsung. Mereka
bisa berbentuk: “materi gelap”, seperti disebutkan sebelumnya dengan tarikan
gravitasi yang cukup untuk menghentikan pengembangan alam semesta yang akan menyebabkannya
runtuh kembali.
Kira-kira seratus detik setelah big bang,
temperatur alam semesta turun menjadi satu milyar derajat. Ini adalah suhu bintang
paling panas. Pada suhu ini proton dan neutron tidak lagi punya energi cukup
untuk melepaskan diri dari tarikan gaya nuklir kuat, oleh karena itu mereka mulai
bergabung membentuk inti atom deuterium (hidrogen berat), yang berisi satu
proton dan satu neutron. Deuterium selanjutnya bergabung dengan lebih banyak
proton dan neutron membentuk inti helium, yang berisi dua proton dan dua
neutron, dan juga sejumlah kecil pasangan unsur-unsur lebih berat, litium dan
berelium. Orang bisa memperkirakan bahwa pada model big bang panas ini sekitar
seperempat dari proton dan neutron akan berubah menjadi inti helium, diikuti
dengan sejumlah kecil hidrogen berat dan unsur-unsur lain. Neutron yang tersisa
akan meluruh menjadi proton, yang adalah inti atom hidrogen biasa.
Gambaran alam semesta tahap awal yang panas ini
mula-mula diajukan oleh ilmuwan George Gamow dalam makalahnya yang terkenal
pada tahun 1948 dengan mahasiswanya, Ralph Alpher. Di dalam makalah ini mereka
membuat prediksi luar biasa bahwa radiasi (dalam bentuk foton) tahap awal alam semesta paling panas seharusnya masih ada sampai hari ini, tetapi dengan suhu sudah
turun kira-kira beberapa derajat di atas nol mutlak (-2730C).
Radiasi inilah yang ditemukan secara tidak sengaja oleh Penzias dan Wilson pada
tahun 1965. Pada saat Alpher, Bethe, dan Gamow menulis makalahnya, tidak banyak
yang diketahui tentang reaksi nuklir proton dan neutron. Prediksi yang mereka
buat tentang perbandingan unsur-unsur yang di permulaan alam semesta karenanya
tidak akurat. Tetapi perhitungan ini telah diulangi dengan pengetahuan makin baik
dan sekarang sangat sesuai sekali dengan apa yang kita amati. Lagi pula, sangat
sulit dijelaskan dengan cara lain kenapa begitu banyak helium di alam semesta.
Oleh karena itu, kita cukup yakin bahwa kita punya gambaran yang benar, paling
tidak satu detik setelah big bang.
Beberapa jam setelah big bang, produksi helium dan
unsur-unsur lain berhenti. Selanjutnya selama beberapa juta tahun berikutnya, alam semesta terus mengembang, tanpa banyak sesuatu yang terjadi. Akhirnya,
begitu suhu turun di bawah beberapa ribu derajat, dan elektron serta inti tidak
lagi punya cukup energi untuk mengatasi gaya tarik elektromagnet sesamanya,
mereka mulai menggumpal membentuk atom. Alam semesta secara keseluruhan terus
meluas dan mendingin. Pada daerah-daerah tertentu yang lebih padat,
pengembangannya diperlambat oleh tarikan gaya gravitasi ekstra. Hal ini
akhirnya menghentikan pengembangan di daerah tersebut dan menyebabkannya mulai
menciut. Saat menciut, gaya gravitasi akan menarik materi di bagian luar daerah
itu dan mulai memutarnya perlahan-lahan. Saat penciutan semakin kecil, ia
berputar makin cepat-seperti pemain seluncur es yang berputar lebih cepat jika ia
menarik lengannya. Akhirnya, daerah itu makin kecil, sehingga putarannya makin lama
makin cepat untuk mengimbangi tarikan gravitasi. Dengan cara inilah lahir galaksi
piringan berputar. Di bagian lain, dimana tidak terjadi putaran, galaksi akan
berbentuk oval yang disebut galaksi elips. Dalam hal ini, daerah tersebut tidak
akan berhenti menciut karena bagian individual galaksi itu mengorbit stabil
mengitari pusatnya, tetapi galaksi itu sendiri tidak berputar sama sekali.
Dengan
berlalunya waktu, gas hidrogen dan helium di dalam galaksi terurai menjadi
awan-awan kecil yang akhirnya menciut karena gravitasinya sendiri. Saat
penyusutan ini, dan atom-atom di dalamnya bertumbukan satu sama lain, lalu suhu
gas akan naik, sampai akhirnya cukup panas untuk memulai reaksi fusi nuklir.
Keadaan ini akan merubah hidrogen menjadi lebih banyak helium, dan panas yang
dilepaskan akan menaikkan tekanan, oleh karena itu menghentikan awan-awan
tersebut menyusut lebih lanjut. Mereka tetap stabil pada keadaan ini dalam
waktu lama seperti bintang sejenis matahari kita, membakar hidrogen menjadi
helium dan memancarkan energi yang dihasilkan sebagai panas dan cahaya. Bintang
yang lebih besar harus lebih panas untuk mengimbangi tarikan gravitasi yang
lebih kuat, membuat reaksi fusi nuklir berproses jauh lebih cepat dimana mereka
menggunakan hidrogen setidaknya seratus juta tahun. Mereka kemudian sedikit
menyusut, dan saat mereka panas lebih lanjut,
helium mulai merubah menjadi unsur-unsur berat seperti carbon dan
oksigen. Namun, hal ini tidak melepaskan lebih banyak energi, sehingga terjadi
krisis, seperti dijelaskan pada bab lubang hitam.
Apa yang
terjadi selanjutnya tidak begitu jelas, tetapi kelihatannya seperti daerah
pusat bintang yang menciut menjadi keadaan sangat padat, seperti bintang
neutron atau lubang hitam. Daerah luar bintang kadang-kadang ditiup oleh
ledakan sangat dasyat disebut supernova, yang akan menerangi seluruh bintang
lain di dalam galaksinya. Beberapa unsur berat yang dihasilkan diakhir hidup
bintang itu akan melayang ke dalam gas galaksi, dan akan menjadi bahan mentah
untuk bintang generasi berikutnya. Matahari kita terdiri dari sekitar 2 persen
unsur-unsur berat ini karena ia adalah bintang generasi kedua-atau ketiga, yang
terbentuk sekitar 5 milyar tahun yang
lalu dari putaran awan gas yang berisi reruntuhan supernova sebelumnya.
Kebanyakan gas di dalam awan ini membentuk matahari atau beterbangan, tetapi sebagian
kecil unsur-unsur berat ini mengumpul membentuk benda yang sekarang mengorbit
matahari sebagai planet seperti bumi.
Pada saat
seperti inilah Tuhan berfirman seperti dalam Al Quran suarat Al Fushilat 11-12:
11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa." Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati."
12. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Banyak
betul hikmah yang bisa kita tangkap dari ayat 11 Surat Al Fushilat ini. Ini adalah percakapan agung paling purba
antara Pencipta dengan makhluk ciptaanNya, saat langit dan bumi masih dalam
fase embriyo. Ini mirip sekali dengan percakapan antara Tuhan dengan manusia
ketika manusia juga masih dalam fase embryo.
Al A’raf
ayat 172:
172. Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat
kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Alasstu
birabbikum… Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi." Kita
bisa merasakan betapa Maha Bertanggung Jawabnya Tuhan kepada makhlukNya. Ia memperkenalkan
diriNya dengan cara yang santun sedini mungkin. Sampai sekarang setelah bumi
terhampar dan langit terbentang lebar serta kita dewasa bisa berpikir dan
merenungkan dalam hati, Tuhan juga masih memperkenalkan dirinya. Betapa Maha
Pengasih dan Penyayangnya Ia.
Tuhan
berfirman saat langit masih berupa asap, masih berupa kabut, saat proton dan
netron belum lagi menggumpal dan inti-inti atom belum lagi membentuk galaksi. Yang
kedua ini semacam pemastian bahwa asal mula alam semesta memang dari peristiwa
big bang. Yang terakhir paling penting adalah saat langit dan bumi itu
berbicara. Ia menjawab “kami datang dengan suka hati”. Dengan kata lain kami
datang dengan ikhlas. Masyaallah… Ini artinya langit dan bumi itu adalah
makhluk hidup. Ia berbicara. Artinya mereka punya kesadaran yaitu kesadaran
tauhid. Taat hanya kepada Allah SWT semata. Artinya memang tidaklah sia-sia mereka
itu dijadikan. Semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT saja. Jadi
tidak hanya jin dan manusia saja yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Langit
dan bumi juga ternyata diciptakan untuk
beribadah kepada Allah. Apa
persamaan dan perbedaan antara langit dan bumi dengan kita sebagai manusia?
Persamaannya
adalah sama-sama makhluk ciptaan Allah dan satu tujuan yaitu berbakti kepada
Allah. Persamaan yang lain yaitu masing-masing diberi tugas khusus, artinya
juga dikenai syariat. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Manusia juga dikenai
tugas yaitu sebagai khalifah di muka bumi. Jadi
kalau kita merasa dekat dengan alam atau bersahabat dengan alam itu karena kita
sudah merasa satu tujuan, yaitu berbakti kepada Allah. Kesadaran ini bersifat
universal. Semesta jagad raya ini. Kesadaran ini akan membuat kita merasa malu untuk
berbuat onar di muka bumi. Karena kita ini cuma menumpang hidup di muka bumi
sambil dilihat terus oleh langit. Kesadaran ini membuat kita malu kalau kita
berbuat salah. Malu sama saudara tua kita yaitu langit dan bumi.
Perbedaannya
juga banyak sekali. Manusia dilengkapi dengan akal dan hawa nafsu. Manusia
senang kepada lawan jenisnya dan manusia itu berkembang biak. Kepada manusia
diutus Nabi dan Rasul serta dibekali dengan kitab suci sebagai aturan main yang
harus diikuti. Manusia dimintai pertanggung jawaban atas tugas yang diamanatkan
kepadanya. Bagi manusia hidup di punggung bumi adalah permainan, pengelola dan sekaligus
sebagai ujian. Ibarat bermain sepak bola, yang namanya permainan suatu saat
pasti akan berakhir. Main sepak bola akan berakhir setelah pluit panjang
ditiup oleh wasit. Permainan hidup di dunia juga akan berakhir setelah ditiupnya
pluit panjang pertama oleh Malaikat Israfil. Permainan usai (Game over). Tiupan pluit ke dua, semua yang namanya makhluk hidup
akan mati. Makhluk bersel satu, bersel dua, bersel banyak, tumbuhan, hewan,
manusia, iblis dan setan laknatullah, serta malaikat sendiri juga akan mati. Tiupan
pluit ke tiga adalah kebangkitan sekaligus pertanggung jawaban dan pembalasan. Syurga
bagi yang beruntung dan neraka bagi yang rugi. Bagi langit dan bumi tidak ada
pertanggung jawaban dan imbalan. Pada saat pengadilan dan vonis telah
ditetapkan, manusia yang sudah ditetapkan masuk neraka akan berkata alangkah
baiknya kalau saya menjadi tanah saja….
Lalu apakah
langit dan bumi itu masih berbicara sampai sekarang? Masih. Berapa frewekensi
suaranya sehingga ia bisa berkomunikasi dengan manusia yang batas
pendengarannya hanya antara 20 - 20.000 Hz? Besok juga mereka akan berbicara.
Nabi Daud AS bisa bertasbih bersama dengan gunung dan burung-burung. Artinya
frekwensi suara Nabi Daud AS sudah sama dengan gunung dan bumi. Ibarat menyanyi
nadanya sudah sama, tidak fals. Kalau nada dan frekwensi sudah sama volume
tinggal dikeraskan.
Apakah
langit dan bumi juga punya sifat emosional seperti layaknya manusia? Punya.
Coba simak Al Quran surat Maryam ayat 88-90:
88. Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil
(mempunyai) anak."
89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat
mungkar,
90. hampir-hampir langit pecah
karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
91. karena mereka menda'wakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.
Perhatikanlah kalimat yang bercetak tebal . Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh . Masyaallah…. Bukan main murkanya langit, bumi dan gunung. Karena ada sebagian manusia yang mengatakan bahwasanya Tuhan beranak…. Ini artinya langit dan bumi ini bisa mendengar, berpikir dan berbicara. Mereka ternyata juga punya rasa emosional. Mereka juga bisa marah… Saya termangu-mangu sendiri pada saat saat saya menulis buku ini. Berulang-ulang kali saya membaca tulisan ini untuk mengingatkan diri saya sendiri. Ternyata benarlah agama Islam ini, benarlah Al Quran. Menjadi semakin kuat dan mantap rasanya keimanan di dalam dada saya ini.
Perhatikanlah kalimat yang bercetak tebal . Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh . Masyaallah…. Bukan main murkanya langit, bumi dan gunung. Karena ada sebagian manusia yang mengatakan bahwasanya Tuhan beranak…. Ini artinya langit dan bumi ini bisa mendengar, berpikir dan berbicara. Mereka ternyata juga punya rasa emosional. Mereka juga bisa marah… Saya termangu-mangu sendiri pada saat saat saya menulis buku ini. Berulang-ulang kali saya membaca tulisan ini untuk mengingatkan diri saya sendiri. Ternyata benarlah agama Islam ini, benarlah Al Quran. Menjadi semakin kuat dan mantap rasanya keimanan di dalam dada saya ini.
Coba juga perhatikan Al Quran surat Al Hasyr ayat 21:
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Ini artinya gunung yang begitu besar tidak sanggup memikul amanat sebagai khalifah bumi. Manusialah menyediakan diri menjalankan amanat ini……
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.
Ini artinya gunung yang begitu besar tidak sanggup memikul amanat sebagai khalifah bumi. Manusialah menyediakan diri menjalankan amanat ini……
Dalam sejarah panjang
perjalanan ilmu pengetahuan, sering kali temuan-temuan hebat terutama di
bidang fisika adalah hasil pendapat yang sama sekali berbeda dengan pandangan
yang dianut orang sebelumnya. Dahulu kala orang beranggapan bahwasanya bumi ini
adalah pusat perputaran benda-benda langit (geosentris)
yang dipelopori oleh Ptolemeus (cendikiawan Mesir Kuno). Kemudian diungkapkan oleh
Nicholas Copernicus bahwasanya gerak benda-benda langit akan jadi lebih
sederhana digambarkan di atas kertas apabila planet-planet bergerak mengitari matahari (heliosentris). Pendapatnya ini kemudian
disempurnakan oleh Johannes Kepler, yaitu gerakan planet mengitari matahari
adalah berbentuk ellips dimana matahari adalah salah satu titik fokusnya. Hasil
ini sesuai sekali dengan pengamatan.
Keteraturan gerak benda-benda langit ini membuat orang sekarang dapat
meramalkan terjadinya gerhana, baik matahari ataupun bulan.
Kemudian di awal abad 20 yang lalu Max Planck
mengatakan bahwasanya cahaya itu dipancarkan bukan berupa gelombang tetapi
berupa kuanta-kuanta. Dengan kata lain cahaya dipancarkan berupa partikel atau
foton. Pendapat ini kemudian dijadikan landasan oleh Albert Einstein dalam menerangkan
efek foto listrik. Efek ini sekarang dapat kita manfaatkan sebagai kamera.
Selanjutnya adalah
pendapat Louis deBroglie yang mengatakan semua partikel atau benda juga
bersifat sebagai gelombang. Dimana panjang gelombangnya dinyatakan dengan rumus
λ = h/mv. Pada benda-benda besar panjang
gelombang ini tidak teramati. Misalkan ada sebuah mobil dengan berat 1 ton kemudian lari dengan kecepatan 100 m/detik, maka ia hanya punya panjang gelombang
sebesar 6,6 x 10-39 m. Angka
ini sangat kecil sekali sehingga kita tidak melihat dan tidak menyadarinya. Tetapi
pada skala atom dan inti atom semuanya teramati. Misalkan sebuah elektron dengan
energy kinetik sebesar 1 eV maka panjang gelombangnya adalah sebesar 1,2 nano
meter. Ini bisa diamati pada skala laboratorium. Elektron adalah partikel
tetapi juga bersifat gelombang. Cahaya adalah gelombang sekaligus juga partikel.
Ini adalah dua sifat saling bertolak belakang. Campur aduk. Tetapi yang penting
aplikasinya berlaku dan terukur dalam percobaan. Efek gelombang diamati dari
sifat yang disebut intereferensi (percobaan dua celah) dan difraksi. Sedangkan
efek partikel cahaya diamati dari efek foto listrik. Ternyata sifat partikel
dan gelombang ini adalah dua sifat dari mata uang yang sama. Foton adalah sifat
partikel dari cahaya.
Pendapat lain Albert
Einstein ini adalah dalam persamaan relativitas khususnya. Yaitu kecepatan
cahaya selalu saja tetap, yaitu sebesar 3 x 108 meter/detik, sama sekali
tidak tergantung pada gerak sumber atau pengamatnya. Akibatnya ruang dan waktu terpaksa menyesuaikan diri (mulur dan mengkerut) karena selalu tetapnya kecepatan cahaya ini. Kemudian kesetaraan massa dan
energy. Pendapatnya ini 30 tahun kemudian melahirkan energy nuklir. Pendapat
lain adalah dari Richard S Feymann. Ia
menyebutnya sebagai sejarah alternative. Intinya alam semesta ini tidak hanya punya
satu sejarah, tetapi banyak sejarah….
Pendapat
terakhir dari para ilmuwan adalah mengenai multiverse. Artinya jagad raya ini
bukan hanya satu (universe) tetapi terdapat
sekitar 10 pangkat 500 jagad raya berbeda (multiverse).
Multiverse ini akan kita bahas pada tulisan berikutnya.
Menyadari
bahwa langit dan bumi ternyata adalah makhuk hidup, yang bisa mendengar, membaca,
berbicara, merespon perbuatan kita dan juga punya kesadaran serta punya tujuan hidup yang sama dengan kita manusia merupakan langkah maju. Informasi ini
tercantum di dalam Al Quran. Apakah kita sebagai manusia biasa bisa
berkomunikasi dengan langit dan bumi, sehingga kita tahu apa yang ada dalam
pikirannya? Bisa.
Percobaan
yang baru bisa dilakukan di laboratorium adalah apa yang telah dilakukan oleh Dr.
Masaru Emoto dari Universitas Yokohama, Jepang. Ia mengambil segelas air.
Kemudian ia mengucapkan arigato
(terima kasih) pada air itu. Air itu lalu didinginkan sampai suhu -50 derajat
Celcius sehingga menjadi es. Es yang terbentuk kemudian diamati dengan mikroskop
electron kecepatan tinggi. Pola kristal yang terbentuk tampak indah sekali.
Berupa segi enam berangkai-rangkai, mirip sarang lebah. Kumpulan segi enam
teratur. Percobaan dilakukan dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang arigato.
Krisal terbentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutkannya ditunjukkan kata
“setan”, kristal berbentuk buruk. Lalu diputarkan lagu klassik Symphony Mozart,
kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur. Dan saat dicoba
dibacakan doa Islam, muncul kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul
berkilauan. Ini artinya seakan-akan air itu mengerti perbuatan dan niat kita
kepadanya.
Percobaan
dilanjutkan dengan mendekatkan tulisan “setan”, kristal berbentuk buruk. Saya
ingin melakukan percobaan dengan mengatakan “Tuhan itu Tiga”, lalu “Tuhan itu
beranak”. Apakah air itu akan murka seperti murkanya langit, bumi dan gunung yang
hampir-hampir saja pecah karena mendengar ucapan sesat seperti itu. Hasilnya
kemudian dibandingkan dengan mengatakan “Tuhan itu Satu”. Saya ingin tahu
seperti apa pola kristal yang akan muncul. Saya juga ingin melakukan percobaan
serupa dengan air yang dibacakan aya-ayat Al Quran pada sebaskom air. Persis seperti
yang dilakukan oleh Pak Ustad ketika meruqyah seperti yang pernah saya lihat. Saya
ingin tahu seperti apa pola kristalnya. Percobaan bisa juga dilakukan dengan
air zam-zam.
Percobaan
bisa juga dilakukan dengan cahaya. Yang memusingkan para ahli fisika sampai
saat ini adalah perilaku cahaya. Kalau cahaya diamati dengan percobaan dua
celah Young maka akan terbentuk pola inteferensi. Artinya terdapat pola garis gelap-terang.
Pola garis terang adalah bertemunya puncak satu gelombang dengan puncak yang
lain. Saling memperkuat yang disebut interferensi maksimum (konstruktif). Garis
gelap artinya bertemunya puncak dengan lembah. Saling membatalkan disebut interferensi
minimum (destructive).
Andaikanlah
kita menempatkan sebuah peralatan dua-celah di sebelah kiri sebuah sumber
cahaya dan sel fotolistrik di sebelah kanannya. Maka cahahaya yang menuju
dua-celah akan berperilaku sebagai gelombang, sedangkan yang ke arah sel fotolistrik
akan berperilaku sebagai partikel. Bagaimanakah sumber cahaya itu tahu ke arah
mana ia memancarkan gelombang dan ke arah mana ia memancarkan partikel?
Dengan
demikian kita terperangkap dalam satu kesimpulan yang sama sekali tidak mengenakkan.
Cahaya bukanlah partikel saja atau gelombang saja. Entah bagaimana caranya, ia
adalah partikel sekaligus juga gelombang. Ia hanya memperlihatkan salah satu
aspeknya, tergantung dari jenis percobaan yang dilakukan.
Kita
bebas saja berbicara bahwa cara ini bisa dijadikan sebagai laboratorium mini untuk
mencari agama yang benar. Saya teringat kisah mualaf di luar negeri sana yang
saya baca di harian Republika. Ia ingin tahu dan mencari ada berapa sih Tuhan di dunia ini? Hasilnya
pencariannya itu selalu saja memberi jawaban “Satu”. Pencarian yang bersusah
payah itu akhirnya membawa dia memeluk agama Islam. Percobaan dengan air ini
bisa dibuktikan di laboratrium. Sehingga hasilnya ilmiah, terukur, teruji dan
bisa dinyatakan dengan angka. Putarkan saja saja kaset Al Quran dekat air, jadikan
es, kemudian amati bentuk kristalnya di bawah mikroskop elektron. Percobaan
dapat dilakukan dengan memutar kaset lagu-lagu rohani dari agama lain, lalu
bandingkan bentuk kristalnya. Saya yakin hasilnya lebih objektif. Karena air “tidak”
punya kepentingan kepada manusia. Ia hanya merespon apa adanya, aksi-reaksi. Saya
yakin hasilnya memberikan bukti bahwa air sebagai representatif langit dan bumi
akan memberikan jawaban seperti yang diinformasikan oleh Al Quran. Tuhannya
air, bumi dan langit adalah Tuhannya manusia juga. Agama mereka agama kita juga.
Mereka juga beriman dan bertasbih kepada Penciptanya. Kalau hasil ini ternyata benar sesuai dengan
apa yang diinformasikan dalam Al Quran ini merupakan kemenangan Islam dan Al Quran.
Jagadraya 13,7 miyar tahun lebih dulu diciptakan Allah SWT. Artinya mereka lebih senior
dari pada manusia. Bumi dalam usia kanak-kanak sangatlah panas dan tanpa udara.
Dengan berjalannya waktu ia mendingin dan memperoleh udara dari emisi gas yang
berasal dari bebatuan. Udara tahap awal ini bukanlah jenis udara yang dibutuhkan
untuk kelangsungan hidup manusia. Ia sama sekali tidak mengandung oksigen,
tetapi berisi sejumlah besar gas beracun yang berbahaya bagi manusia seperti
hidrogen sulfida (gas berbau telur busuk). Walaupun demikian, ada bentuk
kehidupan primitif lain yang bisa tumbuh subur pada kondisi ini. Ini sejalan
dengan surat Al Anbiya ayat 30: …..Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup…..
Makhluk primitive
bersel satu (monocell) ini berasal
dan berkembang dari dalam laut, kemungkinan akibat perubahan kombinasi atom-atom
menjadi struktur lebih besar, disebut makromolekul, yang mampu membentuk
atom-atom lain menjadi struktur yang sama. Disinilah titik kritisnya. Seonggok atom-atom
carbon, hydrogen, nitrogen, oksigen, pospor dan sulfur berubah bentuk menjadi
makhluk bersel satu, yang HIDUP dan BERKEMBANG BIAK. Dari mana datangnya hidup
dan kehidupan itu? Pertanyaan ini mau tidak mau memaksa kita menjawab ada satu
sosok yang dengan sengaja dan berkehendak menciptakan. Ya, semuanya berasal dari Yang Maha Hidup. Aku tiupkan sebagian dari RuhKu, maka setumpuk
atom itu lalu berubah menjadi makhluk hidup paling sederhana, makhluk bersel
satu (monocell). Makhluk itu membelah
diri dan selanjutnya berkembang biak. Dalam beberapa kejadian terjadi kesalahan
dalam reproduksi. Umumnya kesalahan ini sedemikan rupa sehingga makromolekul
baru itu tidak bisa bertahan dan akhirnya musnah. Namun demikian, ada sebagian
kecil kesalahan itu membentuk makromolekul baru yang lebih baik sehingga berkembang
biak. Mereka oleh karena itu, lebih unggul dan cenderung menggantikan
makromolekul generasi sebelumnya. Dengan cara inilah proses evolusi dimulai
yang akan membentuk organisme lebih komplek dan berkembang biak. Bentuk
kehidupan primitif pertama ini akan mengkonsumsi berbagai material, termasuk
hidrogen sulfida, lalu melepaskan oksigen. Keadaan ini lambat laun merubah komposisi
atmosfir menjadi seperti yang kita jumpai hari ini, sehingga memungkinkan
perkembangan untuk kehidupan lebih tinggi seperti ikan-ikanan, reptil, mamalia,
dan akhirnya umat manusia.
Gambaran
alam semesta yang berawal dari sangat panas kemudian mendingin saat ia meluas
sesuai dengan semua bukti pengamatan yang kita miliki hari ini.
Lalu apa
artinya setelah kita menyadari bahwasanya langit dan bumi ini adalah makhluk hidup?
Mereka juga punya tujuan yang sama dengan kita yaitu sama-sama berbakti kepada
Tuhan. Mereka juga taat, tunduk dan patuh secara ikhlas kepada Tuhan. Mereka
juga bisa mendengar, membaca, mengingat, berbicara dan juga bisa marah kalau
disakiti. Kesadaran ini akan membuat pikiran dan hati kita lebih jernih dalam memandang
kehidupan sehari-hari. Kita tidak berani untuk berbuat kemungkaran di punggung
bumi dan di bawah pengamatan langit ini. Kita juga tidak tega untuk menebang
sebatang pohon atau menyembelih hewan tanpa membaca basmallah. Kesadaran ini
akan membuat kita bersatu dan bersahabat dengan alam.
Cobalah
simak hadist dari baginda Nabi SAW di bawah ini……….
Juga perhatikan Al Quran Surat Ali
Imran 190-191 di bawah ini:
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka
Memang tidaklah sia-sia Tuhan
menciptakan ini semua. Ada tujuannya yaitu hanya untuk berbakti
kepada Nya. Sama seperti jin dan manusia.
Wallahua’lam bishshawab.
Edriandi
Sarawak, 3 May 2013