MULTIVERSE
Pernahkah anda mendengar kata multiverse. Apa multiverse itu? Apa
bedanya dengan universe?. Alam
semesta atau jagad raya yang kita huni sekarang ini dalam bahasa Inggris
disebut universe. Artinya hanya ada satu
dunia atau satu jagad raya, yaitu alam raya yang kita lihat sehari-hari ini.
Ada langit yang berwarna biru. Di dalamnya banyak terdapat bintang-gemintang,
planet, bulan, meteor, komet, asteroid dan lain-lain. Bumi juga berada dalam
langit biru itu. Di bumi itu sendiri ada laut, sungai dan danau dimana di
dalamnya ada makhluk seperti ikan dan lain-lain. Sementara di muka bumi ada
hewan tumbuhan dan manusia. Singkatnya di dalam universe itu ada kehidupan.
Lalu bentuk langit itu sendiri
seperti apa? Apakah langit itu berupa dinding tipis. Sehingga seolah-olah kita
berada dalam balon raksasa? Sampai sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi
manusia belum bisa menjawabnya. Manusia sampai saat ini belum mengerti hakikat
langit itu. Setiap kali ditanya tentang langit, jawabnya langit itu adalah
ruang luar angkasa yang jaraknya tidak terhingga.
Kita misalkan saja langit itu
berupa balon raksasa. Kerapatan materi di dalamnya sangatlah kecil sekali. Dari
hasil pengamatan galaksi-galaksi yang masih terlihat dengan teleskop ditaksir
kerapatannya adalah 3 x 10-31 g/cm3. Jari-jarinya lebih
kurang 1026 m. Jari-jari ini diperoleh dari galaksi paling jauh yang
masih terlihat dengan teleskop. Jadi ia berada di bagian langit paling tepi.
Berat alam semesta 1051 kg. Umurnya lebih kurang 13,7 milyar. Sedangkan
umur tata surya baru 5 milyar tahun. Artinya umur matahari, bumi dan 8 planet
lainnya termasuk bulan, komet dan meteor baru 5 milyar tahun.
Misalkan di malam hari yang cerah,
di atas langit banyak terlihat bintang yang berkelap-kelip. Ambillah senter. Tembakkan
ke atas. Sinarnya akan berjalan lurus ke atas. Kemudian padamkan lagi.
Cahayanya juga hilang. Kadang-kadang terpikir oleh kita kemana perginya cahaya
senter tadi. Cahaya tadi masih terus berjalan melanjutkan perjalanannya ke atas.
Saat ini sudah diketahui bahwa
kecepatan cahaya adalah 300.000 km/detik. Misalkan cahaya senter tadi itu terus
bergerak seumur alam semesta ini yaitu 13,7 milyar tahun. Maka dengan hitungan
sederhana kita dapat menghitung jarak yang akan ditempuhnya, yaitu 3 x 108
m/detik x 8 milyar tahun = 7,5 x 1025 meter = 8 milyar tahun cahaya.
Misalkan jagad raya ini berbentuk
seperti balon raksasa dimana kita berada di pusatnya. Kemudian ada cahaya dari
galaksi di tepi sebelah kiri menuju kita. Galaksi paling jauh yang terlihat
oleh teleskop berjarak 8 milyar tahun cahaya. Artinya cahaya saja sudah
meninggalkan galaksi itu 8 milyar tahun yang lalu. Dengan hitungan sederhana
kita dapat menghitung jarak yang sudah ditempuhnya yaitu: 3 x 108
m/detik x 8 milyar tahun = 7,5 x 1025 meter = 8 milyar tahun cahaya.
Sama dengan hasil di atas. Dengan demikian maka diameter jagad raya ini adalah 16
milyar tahun cahaya. Lho kalau begitu cahaya sendiri belum selesai
menyeberangi alam semesta ini? Memang
demikianlah adanya. Cahaya dari galaksi tepi sebelah kiri belum juga sampai ke
tepi sebelah kanan. Alangkah jauhnya. Alangkah luasnya. Oleh karena itu, andaikan
kita melanglang buana dengan pesawat
antariksa, terbang dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaya, maka butuh
milyaran tahun untuk sampai ke tepi langit. Artinya kita akan beranak, bercucu,
bercucu buyut dan seterusnya selama di perjalanan. Alias butuh puluhan ribu
generasi untuk sampai ke tepi langit itu
Perkembangan teknologi penerbangan
manusia saat ini baru sampai keluar dari planet Pluto, yaitu planet paling pinggir
dari system tata surya. Jadi satelit milik NASA Amerika itu sudah memasuki
penerbangan antar bintang (interstellar).
Masih jauh lagi dari penerbangan antar galaksi (intergalactic) apa lagi sampai ke tepi langit.
Misalkan ada sebuah objek yang terbang
dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, maka objek terbang itu bersama
penumpang di dalamnya akan mengalami efek yang disebut dilasi waktu, Δt=Δt0/√(1-v2/c2).
Artinya selang waktu makin lama makin bertambah besar.
Secara matematika artinya Δt makin lama makin besar. Dengan kata lain, jam
tangan, termasuk jam biologis mereka akan berjalan makin lama makin lambat. Pas
sama dengan kecepatan cahaya, maka selang waktu menjadi tidak terhingga.
Artinya jam tangan mereka jadi diam, tidak bergerak. Waktupun berhenti. Jam
biologis mereka juga berhenti. Dengan kata lain badan mereka tidak lagi berubah
terhadap waktu. Muda selamanya……
Lha kalau bergerak melampaui
kecepatan cahaya ketemunya bilangan akar -1 ( √-1 ). Bilangan imajiner. Tidak bisa diapa-apakan lagi. Kalau
diibaratkan komputer, komputernya jadi hang.
Lalu kalau kita terbang melampaui kecepatan cahaya, apakah jam kita berjalan
mundur. Dengan kata lain apakah kita terlempar ke masa lalu, atau malah
melompat ke masa depan…..? Tidak tahu. Sampai saat ini belum ada percobaan bisa
dilakukan untuk melampaui kecepatan cahaya..
Misalkan badan saya berubah jadi cahaya,
jadi foton sekaligus jadi gelombang. Lalu saya ditembakkan dari sebuah sumber
di muka bumi ke atas. Maka saya bergerak dengan kecepatan c, bagi saya waktu tidak berjalan. Saya tetap muda terus.
Sebenarnya cahaya itu apa sih? Cahaya itu adalah gelombang
sekaligus partikel (foton). Ia punya
sifat keduanya sekaligus. Ibaratnya dua sisi dari mata uang yang sama. Panjang
gelombangnya sekitar 500-700 nano meter, disebut cahaya tampak. Yang paling
pendek disebut sinar gamma. Terus ada sinar X, cahaya tampak yang kita sebut
tadi, gelombang radio, dll.
Apa yang tidak diketahui oleh
ilmuwan barat sampai saat ini sebut saja mulai dari Newon, Max Planck, Einstein
atau Stephen Hawking adalah bahwasanya langit itu ada 7 lapis. Lalu geometrinya
seperti apa, apakah berlapis-lapis seperti kue lapis? Misalkan saja langit itu
berlapis-lapis dalam bentuk paling sederhana seperti bola di dalam bola, ada 7
lapis. Maka langit dunia kita adalah bola paling kecil yang berada pada posisi
paling dalam. Di luarnya ada lagi bola yang lebih besar. Dengan kata lain ada
ruang antara bola pertama dengan bola ke dua yang berada di luarnya. Demikian
seterusnya, ada ruang antara dinding bola ke dua dengan bola ke tiga dan
seterusnya. Apakah ada kehidupan di sana? Ada. Bisakah kita pergi ke sana? Bisa.
Perjalanan metafisika. Berapa luasnya? Perumpamaannya begini. Selesai sholat
zuhur di masjid, cobalah anda tidur-tiduran telentang sambil melihat ke atas.
Kubah masjid yang berbentuk setengah bola itu adalah perumpamaan langit dunia,
langit pertama. Sedangkan anda yang berada di bawah dengan ruang masjid yang
begitu besar dan lapang adalah berupa langit kedua. Kalau melihat ke luar
jendela maka itu adalah perumpamaan langit ke tiga. Ada kehidupan di sana. Di
dalam laut juga ada kehidupan. Lho kalau begitu luas sekali langit ke dua dan ke
tiga ini. Yang memang luas sekali. Apalagi langit ke empat, kelima dan
seterusnya sampai langit yang ke tujuh. Apalagi surga yang luasnya seluas langit dan bumi itu….. Dari posisi langit
ke dua atau dari ruang masjid itu kita dapat melihat penghuni langit pertama
beserta seluruh aktivitasnya. Misalnya sedang berperang atau sedang berdamai atau
sedang mengerjakan kebaikan sesuai dengan tugas mereka sebagai pengelola planet
bumi.
Lalu apa lagi yang ada di atas
bola paling luar, atau di atas langit yang ke 7? Ada Sidratul Muntaha, ada
Syurga. Dan di atasnya lagi Arasy. Dengan kata lain semuanya ini berada di
dalam (inside) Arasy. Alias dibungkus
oleh Arasy, singgasana Tuhan….
Nabi Muhammad SAW, melakukan
perjalanan Israk Mi’raj dari Makkah ke Palestina, terus naik ke langit yang ke
tujuh ke Sidratul Muntaha. Katakanlah perjalanannya pulang-pergi makan waktu
selama 4 jam. Jarak yang ditempuh milyaran tahun cahaya, dalam waktu sekali
perjalanan hanya 2 jam. Ini artinya setara dengan kecepatan melampaui kecepatan
cahaya. Bagaimana ilmu pengetahuan menjelaskannya? Saya berpendapat Nabi
Muhammad SAW melompat ke masa depan, seakan-akan melintasi lorong waktu,
kemudian kembali ke masa sekarang sambil membawa oleh-oleh sholat 5 waktu dan kisah
nyata (the real story). Stephen
Hawking menyebut lorong waktu ini dalam bukunya The Brief History of Time dengan istilah lobang cacing (warm hole), jalur khusus atau jalan
pintas sebagai akibat melengkungnya ruang dan waktu.
Jalur ini adalah tempat yang
selalu digunakan mondar-mandir oleh Malaikat untuk menyerahkan laporan harian
catatan amal perbuatan manusia (daily
report). Karena kalau melalui jalan biasa laporan itu bisa terlambat
sampainya. Meskipun malaikat itu terbang dengan kecepatan sama dengan kecepatan
cahaya, maka perlu waktu 8 milyar tahun itupun baru sampai pada langit yang ke
dua…. Baginda Nabi SAW bisa melihat manusia yang sedang dicincang hidup-hidup (di
mutilasi) dalam neraka, nauzubillah.
Kemudian beliau juga bisa melihat umatnya yang berada dalam syurga, moga-moga
kita sampai ke dalamnya……
Lalu kembali ke istilah multiverse
(multiple universe). Istilah ini
berasal dari M-theory yang merupakan kandidat teori pamungkas alam semesta , theory of everything, teori segala
sesuatu. Pada akhirnya di alam semesta ini hanya ada 4 gaya saja, yaitu gaya gravitasi,
gaya elektromagnet, gaya nuklir lemah dan gaya nuklir kuat. Ke empat gaya ini
berusaha disatukan oleh para ahli fisika sedunia menjadi satu teori tunggal
yang disebut teori medan terpadu. Di dalam perjalanan mewujudkan teori medan
terpadu itulah lahir apa yang disebut teori dawai (string theory) kemudian M-theory. Menurut teori ini dimensi tempat
kita tinggal ini tidak hanya 4 (3 dimensi ruang dan satu dimensi waktu) tetapi
11. Walah-walah…..
M ini bisa singkatan dari master,
miracle atau mystery. Kalangan tsauf menyebutnya dengan ma’rifat theory. Menurut M-theory alam semesta ini tidak hanya
satu. Tetapi ada banyak sekali alam semesta yang lain. Jumlahnya tidak
tanggung-tanggung yaitu sebanyak 10 pangkat 500. Angka satu dengan 500 biji nol
di belakangnya. Masing-masing dengan hukumnya sendiri. Buanyaak sekali…. Apakah
alam yang banyak itu alam gaib? Apakah ini berarti alam gaib “dirasakan” eksistensinya
oleh ilmu pengetahuan, sehingga alam gaib itu tidak gaib lagi? Saya rasa
demikian.
Syurga itu adalah alam nyata.
Alam materi. Cuma saja belum terlihat. Lokasinya belum diketahui, koordinatnya
belum ketemu. Disana juga berlaku hukum gravitasi. Bukankah di dalam surga itu mengalir sungai-sungai di bawahnya? Bukankah
sungai itu mengalir menuju tempat yang lebih rendah? Dengan kata lain di dalam
syurga itu juga ada gravitasi? Lalu besarnya berapa? Belum tahu. Mudah-mudahan
kita semua nanti sampai ke sana, dimana wajah
orang-orang beriman itu akan bercahaya. Raganya berubah menjadi cahaya sehingga
selang waktu menjadi tidak terhingga. Muda selamanya, alias kekal abadi.
Bermandikan cahaya illahiah. Insyaallah….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar